Juru rawat makam keramata, Embah Dalam Jagat Sakti, Suhandi (88) menyebutkan, meskipun sederhana namun makam ini kerap didatangi peziarah yang hendak berdoa maupun nadran. Di area kompleks makam ini juga terdapat makam istri dari Eyang Entang, makamnya sederhana tanpa batu nisan dan hanya dibatasi oleh batu sebagai penanda bahwa itu makam 'gegeden' kampung. Tak jauh dari makam Mbah Salak, letaknya agak di bawah Puncak Manik, ada satu makam lagi yang sudah dilapisi keramik. Warga percaya itu adalah petilasan Eyang Suryakencana. Di bagian selatan Gunung Salak, daerah Cidahu, terdapat pula makam keramat Eyang Santri. Kemudian di sekitar Curug Sereh ada pula makam Eyang Caru Ngangkang. Wali sakti Qudratullah - Eyang Haji Gentar Bumi Sang Kunci Pelabuhan Ratu. Kisah Perjuampaan Dengan Wali Allah Yang Masih Hidup, Temukan Jati Diri Jati Iman. Cerita karomah di makam keramat wali pitu di bali yang belum banyak orang tahu. Post Terbaru. Ia kunjungi seluruh makam-makam keramat, ia kunjungi ulama dan ahli kebatinan dan 'ngangsu ilmu' (belajar). Saat tahun 1823 Pakubuwono V wafat, Pangeran Djojokusumo yang sedang berada di Sumedang dipanggil pulang ke Solo untuk menjadi penasihat Pakubuwono VI. Sesampainya di Solo ia merasakan akan ada perubahan besar di bumi Jawa. Gunung yang dikenal dengan fenomena alamnya ini ternyata memiliki nilai mistis yang cukup kental dengan ditandakannya banyak makam keramat yang berada di kawasan Gunung Salak yang memiliki ketinggian 6.950 feet, seperti makam keramat Kyai Eyang Santri dan Muhammad Hasan Basri bin Bahaudi bin Mbah Gunung. Dalam cerita yang berkembang di masyarakat, makam gantung disebut sebagai makam keramat di Blitar. Di tempat itu dimakamkan Mas Ngabehi Bawadiman Djojodigdo, seorang Patih Blitar yang menguasai ilmu pancasona. Ternyata, makam itu tidak digantung. Hanya saja, posisi nisannya lebih tinggi dibandingkan nisan-nisan lain di pemakaman itu. Setiba di keraton mereka bertiga. menceritakan kisah Embah Jaya Perkasa yang tidak muncul kembali setelah mengejar musuhnya yang masih hidup. Mendengar berita hilangnya Embah Jaya Perkosa, Prabu Geusan Ulun bingung, dan memutuskan untuk memindahkan Kerajaan Sumedang Larang ke Dayeuhluhur. Sementara itu, Embah Jaya Perkosa yang tiba kembali di Yaitu terkait perkara nomor 55 perlawanan tentang sengketa lahan tanah yang di dalamnya ada Makam Keramat Eyang Santri. Agendanya dari pihak Majelis Hakim hadir berikut dari pihaknya sebagai pelawan maupun pihak terlawan 1-4 dan terlawan 9 tadi sudah mengitari seluruh lahan sengketa dan melihat batas-batas tanah untuk dicocokan, sesuai atau RtWIfn.