Karenadengan punahnya salah satu spesies hewan atau tumbuhan maka peranan hewan tersebut juga akan hilang sehingga mempengaruhi makhluk hidup lainnya hingga akhirnya keseimbangan ekosistem terganggu. BAB X MANUSIA DAN EKOSISTEM. Kegiatan 10.1 Keseimbangan Alam dan Manusia. 3. A Latar Belakang. Dalam teori, disebutkan bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dewasa ini, urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang Ditemukandi sebuah akuarium di San Diego, California, protista bersel satu ini telah menantang para ilmuwan untuk berantai Oleh karena itu, hilang atau punahnya salah satu spesies yang terdapat di dalam suatu ek osistem dapat merusak ekosistem bersangkutan dan juga merusak fungsinya. Kerusakanyang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya: Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas Keragamanmikroba liar dalam suatu wilayah ( zoonotik pool). Efek dari perubahan lingkungan pada prevalensi penyakit dalam populasi; Frekuensi manusia dan hewan domestik yang melakukan kontak dengan reservoir satwa liar dari zoonosis potensial.; Faktor pertama adalah domain dari ahli virology, khususnya mereka yang mengalisa trend evolusi dalam munculnya virus (Moya et al. 2004). Sekitar3.305 spesies hewan amfibi, burung, mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesies tanaman berpembuluh tersebar di pulau-pulau ini, yang diperkirakan mencapai 40 persen dari biodiversitas di kawasan APEC. Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnyakonsumen tingkat di atasnya KOxdX. Sushaaa/Getty Images/iStockphoto Serangga membantu penyerbukan tanaman. - Ada begitu banyak serangga. Sulit untuk menyebut tepatnya berapa karena 80% dari serangga-serangga ini belum dapat dideskripsikan oleh para ahli, tetapi ada kemungkinan jumlahnya sekitar 5,5 juta spesies. Gabungkan angka itu dengan jenis binatang lain yang memiliki tulang luar dan kaki bersendi, dikenal secara umum sebagai artropoda—termasuk tungau, laba-laba, dan kutu kayu—dan mungkin semuanya berjumlah sekitar 7 juta spesies. Terlepas dari banyaknya serangga di kerajaan hewan, laporan terakhir memperingatkan adanya kemungkinan “kiamat serangga”, termasuk survei yang menunjukkan serangga di mana-mana mulai berkurang jumlahnya dengan cepat. Ini bisa mengakibatkan punahnya 40% spesies serangga dunia hanya dalam beberapa dekade selanjutnya. Yang paling meresahkan adalah kita tidak tahu tepatnya mengapa populasi ini berkurang. Pestisida mungkin salah satu alasan terbesar, tetapi tentu alasannya tidak hanya itu, hilangnya habitat bagi serangga dan perubahan iklim dapat juga berperan. Walau beberapa surat kabar melaporkan bahwa serangga dapat “hilang dalam kurun waktu seabad”, namun agak tidak mungkin kalau serangga akan hilang seluruhnya. Ini karena ketika satu spesies punah, spesies lain mungkin akan menggantikan tempatnya. Meski demikian, hilangnya keberagaman ini dapat berakibat buruk . Secara ekologis, serangga sangat penting, dan jika mereka hilang, ada konsekuensi suram untuk pertanian dan kehidupan alam bebas. Kerajaan serangga yang tersebar Sulit untuk memperkirakan berapa banyak spesies serangga yang ada. Perkiraan 7 juta spesies di atas mungkin hanya perkiraan terendah. Banyak serangga yang terlihat mirip—biasa disebut “spesies kriptik"—hanya dapat dikenali lewat DNA mereka. Ada rata-rata enam spesies kriptik untuk satu jenis serangga yang mudah dikenali, jadi jika kita mengalikan ini dengan angka aslinya, kemungkinan angka total artropoda dapat mencapai setidaknya 41 juta. Tiap spesies juga biasanya punya berbagai bentuk parasit yang biasanya spesifik terhadap satu spesies inang saja. Banyak dari parasit ini adalah artropoda seperti tungau. Jika kita menganggap hanya ada satu parasit tungau untuk satu spesies inang, kemungkinan total jumlah spesies artropoda bisa menjadi 82 juta. Bandingkan dengan hanya sekitar 600,000 spesies vertebrata—binatang dengan tulang belakang. Ini berarti ada 137 spesies artropoda untuk setiap spesies vertebrata. Angka luar biasa seperti itu membuat fisikawan yang kini ahli biologi Sir Robert May mengamati bahwa "dengan estimasi yang baik, sebenarnya semua spesies hewan adalah serangga.” May handal menebak angka-angka besar—dia menjadi pimpinan ilmuwan pemerintahan Inggris—dan gurauannya pada tahun 1986 itu terlihat cukup tepat sasaran. Itu baru keragamannya. Berapa banyak serangga yang ikut mati jika mereka punah secara massal? Dan berapa total berat mereka? Pentingnya mereka bagi lingkungan juga bergantung dari dua ukuran tersebut. Ternyata jumlah serangga begitu besar sampai-sampai walau mereka kecil, berat mereka secara kolektif akan jauh lebih berat dari para vertebrata. Satu ekolog paling ternama di generasinya, penggemar semut dari Harvard bernama Wilson memperkirakan setiap hektar hutan Amazon dihuni oleh hanya beberapa burung dan mamalia tetapi lebih dari satu miliar hewan tanpa tulang belakang dan hampir semuanya adalah artropoda. Satu hektar tersebut mungkin berisi 200 kg berat kering jaringan binatang, 93%-nya adalah tubuh binatang tanpa tulang belakang, dan sepertiganya hanya semut dan rayap. Ini merupakan kabar yang mengejutkan bagi kita yang menganggap kehidupan alam didominasi oleh hewan bertulang belakang. Menggeliatnya landasan hidup Peran yang diemban makhluk-makhluk kecil ini dalam kehidupan alam adalah untuk makan dan dimakan. Serangga adalah komponen kunci dalam hampir setiap rantai makanan di darat. Serangga pemakan tumbuhan yang merupakan kelompok serangga mayoritas menggunakan energi kimia yang didapat tumbuhan dari sinar matahari untuk kepentingan jaringan dan organ hewan itu sendiri. Pekerjaan ini cukup penting, dan dibagi dalam peran berbeda. Ulat dan belalang mengunyah daun tumbuhan, kutu daun dan wereng mengisap cairan tumbuhan, lebah mengambil serbuk sari dan meminum nektarnya, sementara kumbang dan lalat memakan buah dan membusukkan buahnya. Bahkan kayu dari pohon besar dimakan oleh larva serangga pengebor kayu. Kemudian, serangga pemakan tumbuhan ini pun dimakan, ditangkap, dibunuh oleh lebih banyak serangga. Mereka dikonsumsi oleh makhluk hidup lebih besar. Bahkan ketika tumbuhan mati dan diubah menjadi bangkai oleh jamur dan bakteri, masih ada serangga yang khusus memakan mereka. Terus naik ke piramida makanan, tiap binatang lebih bebas memilih makanan apa saja. Sementara serangga pemakan tumbuhan biasanya mungkin hanya perlu memakan satu spesies tumbuhan, hewan pemakan serangga tidak begitu peduli jenis serangga apa yang mereka tangkap. Ini alasan mengapa lebih banyak jenis serangga daripada burung atau mamalia. Karena hanya sebagian kecil makhluk organisme yang menjadi predator, tiap tingkat dalam piramida makanan isinya semakin sedikit. Walau efisiensi dari proses ini dianggap lebih baik di tingkat yang lebih tinggi di piramida makanan, hewan-hewan tersebut hanya mewakili persentase yang kecil dari keseluruhan biomassa. Ini mengapa hewan besar dan seram langka. Jadi jelas ketika angka serangga berkurang, binatang lain dalam rantai makanan pun akan menderita. Hal ini sudah terjadi—langkanya serangga di hutan tropis Amerika Tengah diikuti oleh kelangkaan kodok, kadal, dan burung pemakan serangga. Kita manusia perlu lebih berhati-hati dengan makhluk kecil yang berpengaruh di dunia ini. Seperti komentar Wilson Kenyataannya adalah kita semua butuh hewan tanpa tulang belakang, tetapi mereka tidak butuh kita. Mengetahui kehidupan serangga bukanlah sebuah kemewahan. Teman Wilson dan kadang koleganya Thomas Einer berkata Serangga bukan makhluk yang akan mewarisi bumi karena mereka yang menguasainya sekarang. Jika kita mengabaikan serangga, bisakah kita hidup di planet ini tanpa mereka? PROMOTED CONTENT Video Pilihan Flat map of world with animals living in different parts of continents vector illustration Kamu pasti sering mendengar bahwa Badak Jawa, Harimau Sumatera, Orang Utan termasuk hewan yang terancam punah. Lalu apa maksud dari “Terancam Punah”? Ketika suatu spesies hewan dianggap terancam punah, itu berarti International Union for Conservation of Nature IUCN telah mengevaluasinya dan menandainya sebagai “endangered species” dalam bahasa Inggris, atau biasa kita sebut “spesies terancam punah” dalam bahasa Indonesia. Artinya, sebagian besar spesiesnya telah mati dan tingkat kelahirannya lebih rendah daripada tingkat kematiannya. Saat ini, banyak spesies hewan dan tumbuhan berada di ambang kepunahan karena berbagai faktor. foto Apa yang menyebabkan suatu spesies menjadi terancam punah?1. Perusakan habitat2. Polusi3. Perburuan illegal dan “overhunting”Lalu adakah upaya untuk mencegah kepunahan suatu spesies?Bagaimana kita bisa membantu mencegah kepunahan suatu spesies? Apa yang menyebabkan suatu spesies menjadi terancam punah? Ada 3 faktor utama yang menyebabkan suatu spesies menjadi terancam punah, dan ironisnya 3 faktor ini berasal dari perbuatan manusia. Faktor-faktor tersebut antara lain 1. Perusakan habitat Perusakan habitat adalah alasan nomor satu yang membahayakan suatu spesies, baik itu hewan ataupun tumbuhan. Manusia menghancurkan suatu habitat dengan berbagai cara, seperti deforestasi, penambangan, migrasi manusia dll. Akibatnya, beberapa spesies hewan dan tumbuhan mati seketika. Sementara yang lainnya dipaksa untuk pindah ke daerah dimana mereka tidak dapat menemukan makanan dan tempat tinggal. 2. Polusi foto Tumpahan minyak, hujan asam, pestisida, sampah plastik dan polusi udara telah merugikan banyak spesies hewan dan tumbuhan. Ketika hujan asam meresap ke tanah, tanah menjadi tempat yang tidak layak untuk ditumbuhi tumbuh-tumbuhan. Hujan asam juga mengubah unsur kimia air di danau dan sungai, ini dapat membunuh ikan dan kehidupan akuatik lainnya. Selain hujan asam, penggunaan pestisida juga memengaruhi keberlangsungan hidup suatu spesies. Di Minnesota, Amerika Serikat banyak amfibi memiliki kaki ekstra atau anggota badan yang hilang karena cacat lahir akibat paparan bahan kimia yang disemprotkan ke air untuk membunuh nyamuk. Sampah plastik juga menjadi masalah besar sekarang ini. Apalagi banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai, sampah tersebut akan terus mengalir hingga tersebar dilautan. Sampah plastik yang sering kita buang ini, tidak mudah terurai dengan sendirinya, dan pada akhirnya bisa mengganggu kehidupan laut. 3. Perburuan illegal dan “overhunting” Banyak hewan diburu karena daging, bulu dan bagian tubuh mereka yang berharga cula badak, gading gajah dll.. Ada banyak catatan sejarah tentang bagaimana manusia memburu suatu spesies hingga hampir punah, bahkan ada beberapa yang sampai memusnahkan suatu spesies. Salah satu insiden yang paling terkenal di dunia adalah punahnya Passenger pigeon Ectopistes migratorius. Pada awalnya Passenger Pigeon atau Merpati Penumpang ini diperkirakan terdapat 5 miliar ekor di Amerika Serikat, tetapi hanya dalam waktu 50 tahun, manusia memburu mereka hingga punah tak tersisa. Alasannya, karena daging merpati tersebut sangat enak, mudah diburu, jumlahnya sangat berlimpah dan belum adanya peraturan mengenai perburuan hewan. Selain 3 faktor utama yang diakibatkan oleh manusia. Ada juga yang disebabkan oleh alam itu sendiri seperti penyakit, kompetisi, spesies yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan masih banyak lagi. Lalu adakah upaya untuk mencegah kepunahan suatu spesies? Berterimakasihlah kepada masyarakat dan ilmuan yang peduli. Banyak negara yang telah mengeluarkan undang-undang untuk melindungi dan melestarikan spesies yang terancam punah. Beberapa hukum melarang perburuan liar, sementara yang lainnya membatasi pengembangan lahan atau menciptakan perlindungan khusus untuk habitat spesies yang terancam punah. Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah membuat banyak cagar alam, taman nasional, hutan lindung, suaka margasatwa dll. Sayangnya, tidak semua spesies yang terancam punah mendapatkan perlindungan melalui undang-undang konservasi khusus. Masih banyak spesies yang menghadapi ancaman kepunahan tanpa diketahui publik. Lalu… Bagaimana kita bisa membantu mencegah kepunahan suatu spesies? Tentunya kita tidak bisa langsung memberantas perburuan illegal, penebangan hutan secara liar ataupun melarang pabrik yang penggunaan bahan kimia berbahaya secara langsung. Kita hanya bisa berdoa agar pemerintah dapat mengatasi permasalahan tersebut. Nah, kita bisa membantu mencegah kepunahan suatu spesies hewan atau tumbuhan dengan mulai mengurangi penggunaan plastik. Ini dikarenakan plastik menjadi ancaman terbesar bagi seluruh makhluk hidup yang tinggal di bumi saat ini. Kamu juga bisa mengurangi penggunaan kendaraan bermotor jika dirasa tempat yang dituju dekat. Dengan begini setidaknya akan mengurangi masalah polusi udara. Referensi 1. 2. 3. 4. 5. paulaphoto/Getty Images/iStockphoto Ilustrasi. – PBB akhirnya merilis IPBES Global Assessment yang mengekspos keadaan mengerikan dari keanekaragaman hayati global pada 2019. Laporan tersebut menyatakan, akan ada sekitar satu juta spesies tanaman dan hewan di Bumi yang terancam punah dalam beberapa dekade mendatang jika tidak ada perubahan. Dan aktivitas manusia lah yang sepenuhnya disalahkan. Hasil penemuan juga mengungkap bahwa saat ini kita sedang menyaksikan kepunahan massal keenam. Tidak seperti kepunahan sebelumnya yang dipicu oleh kejadian luar biasa seperti letusan gunung berapi atau objek luar angkasa, kini bencana tersebut disebabkan oleh manusia sendiri. Baca Juga Setelah Plastik, Radioaktif Sisa Nuklir Perang Dingin Ditemukan Pada Hewan Laut Dalam Lima faktor utama penyebab kepunahan yang dipaparkan dalam laporan tersebut meliputi Perubahan fungsi lahan di darat dan lautan Eksploitasi langsung kepada organisme Bumi Perubahan iklim Polusi Spesies invasif sekelompok tumbuhan atau hewan yang pada faktanya bukan organisme asli dari suatu daerah tertentu sehingga mengganggu ekosistem yang ada di sana. Hasil studi juga menyoroti fakta bahwa emisi gas rumah kaca telah meningkat dua kali lipat sejak 1980, menyebabkan kenaikan suhu global rata-rata sebanyak atau lebih. "Kesehatan ekosistem tempat kita dan semua spesies lain bergantung, memburuk lebih cepat dari sebelumnya. Kita sudah merusak fondasi ekonomi, mata pencaharian, keamanan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup di seluruh dunia,” kata Sir Robert Watson, Ketua IPBES. Berdasarkan laporan ini, kelimpahan spesies asli di berbagai wilayah daratan telah menurun sebanyak 20% sejak 1900. Lebih dari 680 spesies vertebrata telah punah sejak 1500-an, dan pada 2016, 9% hewan yang dibiakkan untuk sektor pertanian dan bahan baku makanan sudah mati. Lebih lanjut, sepertiga mamalia laut dan 33% terumbu karang terancam punah. Begitu pula dengan 10% spesies serangga di Bumi. Sementara itu, kondisi amfibi bahkan lebih menyedihkan lebih dari 40% spesiesnya sangat terancam. Tanpa upaya intens untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati, tingkat kepunahan akan terus meningkat—setidaknya puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi dari 10 juta tahun terakhir. Baca Juga Sejak Abad ke-20, Manusia Berperan Pada Kondisi Kekeringan di Bumi Meski begitu, para peneliti mengatakan, masih mungkin utuk membalikkan kondisi ini. “Belum terlambat untuk membuat perbedaan. Asalkan kita memulainya sekarang dari level local hingga global,” kata Watson. “Melalui perubahan transformatif’, alam masih bisa dilestarikan, dipulihkan, dan digunakan secara berkelanjutan. Ini menjadi kunci untuk memenuhi tujuan global lainnya. Yang kami maksud dengan perubahan transformatif adalah reorganisasi mendasar dari seluruh sistem teknologi, ekonomi dan sosial, termasuk paradigma, tujuan dan nilai-nilai yang dianut,” paparnya. Tim peneliti berharap laporan terbaru PBB ini dapat membuat manusia tersadar. "Kita tidak bisa terus menghancurkan keanekaragaman hayati. Ini adalah tanggung jawab kita terhadap generasi selanjutnya.” PROMOTED CONTENT Video Pilihan